Minggu, 30 Desember 2012

PENGARUH BORAKS TERHADAP KESEHATAN

Pengaruh Boraks terhadap Kesehatan

Borax (Boraks), atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai Sodium tetraborate decahydrate, merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal putih. Boraks yang mempengaruhi kesehatan tidak memiliki bau jika dihirup menggunakan indera pencium serta tidak larut dalam alkohol. Indeks keasaman dari boraks diuji dengan kertas lakmus adalah 9,5 , menunjukkan tingkat keasaman yang cukup tinggi.

Dari penjelasan karakteristik sifat fisik dan kimia dari boraks yang telah diketahui, sangat tidak mungkin boraks digunakan untuk kepentingan manusia, terutama pada dampaknya dalam kesehatan manusia. Ironisnya boraks telah menjadi kebiasaan umum yang menyebar luas di Indonesia sebagai komponen utama dalam makanan. Masalahnya adalah para produsen makanan telah menganggap boraks ini sebagai bahan bantu pengawet makanan yang murah (Situs Resmi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2008).


Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso, akan membuat bakso tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Penggunaan boraks juga telah umum diberikan pada mi basah, lontong, ketupat, dan kecap yang biasa digunakan di kalangan masyarakat pada umumnya. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami sangat sulit dibedakan, tidak bisa dibedakan hanya dengan panca indera biasa, namun harus dilakukan uji khusus boraks di laboratorium.

Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia. Boraks memiliki efek racun yang berbahaya pada sistem metabolisme manusia sebagaimana halnya zat-zat tambahan makanan lain yang merusak kesehatan manusia.

Mekanisme toksifikasi dari boraks telah diketahui berbeda dari mekanisme racum formalin pada makanan yang bila dikonsumsi akan memberikan efek langsung pada kesehatan manusia, namun boraks memiliki sifat perusak kesehatan yang berbeda. Boraks dikonsumi manusia, kemudian substansinya diserap oleh usus, untuk lebih lanjut disimpan terus menerus secara kumulatif dalam hati, otak, ginjal, atau bahkan testis, hingga akhirnya dosis toksin dari boraks semakin tinggi dalam tubuh.

Pada dosis normal di bawah batas ambang maksimal, efek negatif toksisitas boraks pada manusia masih dapat ditoleransi seperti nafsu makan yang menurun, gangguan sistem pencernaan, gangguan pernafasan gangguan sistem saraf pusat ringan seperti halnya mudah bingung, anemia, serta kerontokan pada rambut. Namun bila dosis toksin telah mencapai atau bahkan melebihi batas maksimal maka akan mengakibatkan dampak yang fatal, mulai dari muntah-muntah, diare, sesak nafas, kram perut dan nyeri perut bagian atas (epigastrik), mual, lemas, pendarahan gastroentritis disertai muntah darah serta sakit kepala yang hebat.

Bagi bayi dan anak kecil jika dosis toksin boraks dalam tubuh mencapai lebih dari 5 gram akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa jika mencapai 10-20 gram atau bahkan lebih akan berujung pada kematian pula.

Boraks sangat berbahaya bagi kesehatan, apalagi sifat toksifikasinya tidak seberapa berpengaruh dan terlihat di awal pemakaian konsumsi makanan, namun seiring dengan berjalannya waktu jika penggunaan boraks untuk pengkonsumsian makanan ini diteruskan dan dibiasakan maka racun itu akan menumpuk terus dan berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia.

Untuk itu sebaiknya diperkuat lagi kerja sama antara pemerintah, produsen, dan konsumen untuk menghilangkan semua penggunaan boraks sebagai bahan tambahan dan pengawet makanan. Pemerintah harus lebih tegas dalam melarang beredarnya makanan yang tidak layak konsumsi, produsen seharusnya lebih mengerti akan bahaya dan kerugian dari pemakaian bahan pengawet buatan, dan konsumen semestinya lebih hati-hati memilih bahan makanan yang lebih layak dan aman untuk mereka konsumsi ke depannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pembentukan manusia Indonesia yang sehat.

HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)

HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan masyarakat Indonesia pada masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2011. Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal Program Pemberantasan Penyakit menitik beratkan kegiatan pada upaya mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mengurangi akibat buruk dari penyakit menular maupun tidak menular.
Penyakit menular masih menjadi masalah prioritas dalam pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam daftar SPM (SK MENKES No.145710 Oktober 2003) sejumlah penyakit menular dicantumkan sebagai masalah yang wajib menjadi prioritas oleh daerah. Masalah penyakit menular masih memprihatinkan, beberapa jenis penyakit bahkan menunjukkan kecenderungan meningkat dan belum berhasil diatasi seperti TB paru, malaria, dan demam berdarah. 
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ataupun Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang dapat bermanifestasi sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan suatu penyakit menular tidak langsung. Cara penularannya melalui vektor nyamuk Ae. aegypti dan Aedes albopictus. Berdasar pengalaman sampai saat ini, pada umumnya yang paling berperanan dalam penularan adalah Ae. aegypti, karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah; sedangkan Aedes albopictus di kebun-kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia.ii Penyakit DBD bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun dimana angka kesakitan dan kematian tersebut digunakan sebagai indikator dalam menilai hasil pembangunan kesehatan dan sebagai akibatnya angka kesakitan dan kematian nasional selalu tinggi. Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang cukup serius untuk diwaspadai, karena sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang terutama anak-anak.
Di Indonesia, DBD cenderung semakin meningkat jumlah penderitanya dan semakin menyebar luas. Tahun 1968 penyakit ini baru terjangkit di Jakarta dan Surabaya. Dua puluh tahun kemudian, DBD telah menjangkiti 201 Dati II di seluruh Indonesia. Peningkatan jumlah penderita terjadi periodik setiap 5 tahun. Kejadian Luar Biasa terakhir pada tahun 1988 dengan jumlah penderita dirawat di rumah sakit 47.573 orang, dengan jumlah yang meninggal dunia 1.527 (CFR 3,2 %). Semula diperkirakan bahwa penyakit DBD hanya terjadi di daerah perkotaan saja tetapi ternyata dugaan tersebut salah, karena sekarang banyak ditemukan dipelosok pedesaan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta semakin luas penyebaranya. Kondisi lingkungan yang buruk, genangan air yang tertampung dalam suatu wadah, tempat pemukiman yang padat khususnya daerah perkotaan, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan khususnya untuk menguras bak mandi dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, adalah merupakan faktor pencetus berkembang biaknya nyamuk Ae. aegypti sebagai penyebab penyakit Demam Berdarah. Upaya–upaya pencegahan seperti Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Abatatisasi, dan Fogging, sudah sering dilakukan baik yang dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri ataupun oleh pihak instansi pemerintah, namun kenyataanya penyakit tersebut masih tetap muncul bahkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Disamping itu juga diduga kuat ada pengaruh pada aspek lingkungan Fisik, lingkungan Biologi, lingkungan Sosial, Program , Regulasi, Tehnis Operasional, dan Peran Serta masyarakat dalam Program Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue mulai dari Perencanaan (Planning) Pelaksanaan (Actuating) dan Monitoring (Controling ). Hal tersebut dapat dilihat dari input, proses, output dan outcamenya, sehingga identifikasi, analisis dan evaluasi yang menyangkut lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue menjadi sesuatu yang sangat penting.
Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue
“Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam (ecchymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock)”. “Demam berdarah merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Ae. aegypti serta Aedes albopictus betina yang umumnya menyerang pada musim panas dan musim hujan”.
Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD adalah penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD. Penyakit demam berdarah dan terjadinya DBD dibagi menjadi 3 kelompok 2005 yaitu : 
1. Virus Dengue
Virus dengue termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali + 35-45 nm. Virus dapat tetap hidup (survive) di alam melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Virus ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya, yang nantinya menjadi nyamuk dewasa. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh makhluk Vertebrata dan sebaliknya.
2. Virus Dengue dalam Tubuh Nyamuk
Virus dengue didapatkan nyamuk Aedes pada saat melakukan gigitan pada manusia (vertebrata) yang sedang mengandung virus dengue dalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan mengalami replikasi (membelah diri atau berkembang biak), kemudian akan migrasi yang akhirnya akan sampai di kelenjar ludah.
3. Virus Dengue dalam Tubuh Manusia
Virus dengue memasuki tubuh manusia melalui proses gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah nyamuk mengigit manusia disusul oleh periode tenang + 4 hari, virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia) apabila jumlah virus sudah cukup, dan manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Tubuh memberi reaksi setelah adanya virus dengue dalam tubuh manusia. Bentuk reaksi terhadap virus antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda dan akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit.
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Gejala-gejala tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Demam
Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40 oC) dan dapat disertai dengan menggigil. Demam hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali dalam turunnya suhu badan secara tibatiba (lysis), disertai dengan berkeringat banyak, dimana anak tampak agak loyo. Demam ini dikenal juga dengan istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari sempat turun ditengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh.
2. Nyeri seluruh tubuh
Dengan timbulnya gejala panas pada penderita infeksi virus dengue, maka disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan berupa nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, nyeri ulu hati dan nyeri pada bola mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Gejala nyeri yang timbul dalam kalangan masyarakat awam di sebut dengan istilah flu tulang.
3. Ruam
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue dapat timbul pada saat awal panas yang berupa ~flushing~ yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah kecil, seperti : bercak pada penyakit campak.
4. Perdarahan
Infeksi virus dengue terutama pada bentuk klinis demam berdarah dengue selalu disertai dengan tanda perdarahan. Tanda perdarahan tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda perdarahan muncul setelah dilakukan test tourniquet.
Penyebab Demam Berdarah Dengue
Virus dengue yang dikenal saat ini ada empat serotipe. Keempatnya saling berkaitan sifat antigennya. Infeksi pertama dengan salah satu serotipe hanya akan memberikan proteksi sebagian terhadap ketiga serotipe lainnya, dan memungkinkan terjadi infeksi dengan ketiga serotipe yang lain tersebut. Menurut Depkes RI6 bahwa teori infeksi sekunder “The Secondary Heterologus Infection Hypothesis” yang dikemukakan oleh Halstead (1980) menyebutkan bahwa seseorang dapat menderita DBD jika mendapat infeksi ulangan tipe virus dengue berbeda. Misalnya : infeksi pertama oleh virus dengue tipe–1 (DEN-1) menyebabkan terbentuknya antibodi DEN -1, apabila kemudian terkena infeksi berikut oleh virus dengue tipe-2 (DEN-2) dalam waktu 6 bulan sampai 5 tahun pada sebagian dari yang mendepat infeksi kedua itu dapat terjadi suatu reaksi imunologis antara virus DEN-2 sebagai antigen dengan antibody DEN – 1 yang dapat mengakibatkan gejala Demam Berdarah dengue. Halstead, dkk. (1970) berkeyakinan bahwa Demam Berdarah Dengue yang disertai syok (dengue shock syndrome/DSS) dapat terjadi pada anak berumur kurang dari 1 tahun dengan infeksi virus dengue pertama kali, oleh karena anak tersebut dilahirkan dari ibu yang mempunyai immunitas terhadap dengue yang diberikan kepada bayinya melalui plasenta. Hypothesa yang lain mengemukakan bahwa infeksi dari setiap tipe virus dengue yang virulen dapat mengakibatkan timbulnya gejala Demam Berdarah Dengue yang disebut dengan Teori Infeksi Primer (Ditjen PPM & PLP, 1986).7
Demam berdarah baru terjadi apabila telah terinfeksi oleh virus dengue untuk kedua kalinya, atau mendapat virus dari sumber yang tidak sama. Infeksi yang pertama dengan atau tampa obat, demam tersebut sering sembuh sendiri atau berlalu begitu saja tanpa disadari oleh penderitanya. Orang yang terinfeksi kedua kalinya pada darah atau pipa-pipa pembuluh darah dalam di dalam tubuh yang telah terkontaminasi virus dengue itu menjadi lebih sensitif terhadap serangan yang kedua kali sehingga dalam tubuh mereka yang telah terkena virus dengue biasanya akan terjadi reaksi yang lebih dahsyat atau hypersensitivity, reaksi yang berlebihan atau terlalu sensitif itulah yang sesungguhnya menimbulkan tanda-tanda atau gejala yang disebut dengan demam berdarah (Indrawan, 2001).
Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Seseorang yang menderita demam berdarah, dalam darahnya mengandung virus dengue. Penderita tersebut apabila digigit oleh nyamuk Aedes, maka virus dalam darah penderita tadi ikut terhisap masuk ke lambung nyamuk dan virus akan memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan tersebar di berbagai jaringan tubuh termasuk dalam kelenjar liur nyamuk. Nyamuk siap untuk menularkan kepada orang atau anak lain 3-10 hari setelah menggigit atau menghisap darah penderita.
Penularan penyakit terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), alat tusuknya yang disebut proboscis akan mencari kapiler darah. Setelah diperoleh, maka dikeluarkan liur yang mengandung zat anti pembekuan darah (anti koagulan), agar darah mudah di hisap melalui saluran proboscis yang sangat sempit. Bersama liurnya inilah virus dipindahkan kepada orang lain.
Penyebaran
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 m, maksimal 100 m, tetapi secara pasif nyamuk dapat berpindah lebih jauh, misalnya : karena angin atau terbawa kendaraan. Ae. aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Aedes dapat hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian daerah + 1.000 m dari permukaan air laut, apabila berada di atas ketinggian + 1.000 m nyanuk tidak dapat berkembang biak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah (Depkes RI, 1992)v. Nyamuk Aedes pada saat ini telah terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia tidak terkecuali lagi di daerah atau tempat-tempat yang ketinggiannya mencapai lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut yang dahulu dianggap tidak dapat didatangi atau dihuni oleh nyamuk tersebut (Indrawan, 2001). Kejadian penyakit DBD pertama kali ditemukan Manila, Filiphina pada tahun 1953. Kejadian di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit DBD menyebar kebeberapa propinsi di Indonesia (Depkes RI, 2004).
Pusat-pusat Penularan
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat penularan virus dengue adalah kepadatan vektor, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, dan susceptibilitas dari penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada penularan virus dengue, karena jarak terbang nyamuk Ae. aegypti yang sangat terbatas, yaitu 100m. Tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD menurut Depkes RI (1992) adalah :
1. Wilayah yang banyak kejadian DBD
2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. Tempat-tempat umum itu antara lain sekolah, RS atau Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
3. Pemukiman baru di pinggir kota, karena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.
Distribusi Penderita Demam Berdarah Dengue
Distribusi penderita DBD menurut Suroso (1986), dapat digolongkan menjadi :
1. Distribusi menurut umur, jenis kelamin dan ras :
Berdasarkan data kejadian DBD yang dikumpulkan di Ditjen PPM & PLP dari tahun 1968 – 1984 menunjukkan bahwa 90% kejadian DBD terdiri dari anak berusia kurang daria 15 tahun. Ratio perempuan dan laki-laki adalah 1,34 : 1. Data penderitaan klinis DHF/DSS yang dikumpulkan di seluruh Indonesia tahun 1968 – 1973 menunjukkan 88% jumlah penderita yang dilaporkan adalah anak-anak di bawah 15 tahun. Faktor ras pada penderita demam berdarah di Indonesia belum jelas pengaruhnya.
2. Distribusi menurut waktu :
Dari data-data penderita klinis DBD/DSS 1975 – 1981 yang dilaporkan di Indonesia diperoleh bahwa musim penularan demam berdarah pada umumnya terjadi pada awal musim hujan (permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim hujan vektor penyakit demam berdarah populasinya meningkat dengan bertambah banyaknya sarangsarang nyamuk diluar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih, sedang pada musim kemarau Ae. aegypti bersarang di bejana-bejana yang selalu terisi air seperti bak mandi, tempayan, drum dan penampungan air.
3. Distribusi menurut tempat
Daerah yang terjangkit demam berdarah pada umumnya adalah kota/wilayah yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan di kota atau wilayah yang padat penduduk rumah-rumahnya saling berdekatan, sehingga lebih memungkinkan penularan penyakit demam berdarah mengingat jarak terbang Ae. aegypti 100m. Di Indonesia daerah yang terjangkit terutama kota, tetapi sejak tahun 1975 penyakit ini juga terjangkit di daerah sub urban maupun desa yang padat penduduknya dan mobilitas tinggi.
Morfologi dan Lingkaran Hidup Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran nyamuk rumah (Culex), mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badannya, terutama pada kaki dan dikenal dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran lire (Lyre form) yang putih pada punggungnya. Probosis bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih perak. Oksiput bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur bersisik putih pada permukaan posterior dan setengah basal, anterior dan tengah bersisik putih memanjang. Tibia semuanya hitam. Tarsi belakang berlingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai keempat dan kelima berwarna putih. Sayap berukuran 2,5 - 3,0 mm bersisik hitam.
Nyamuk Aedes albopictus, sepintas seperti nyamuk Ae. aegypti, yaitu mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian dadanya, tetapi pada thorax yaitu bagian mesotonumnya terdapat satu garis longitudinal (lurus dan tebal) yag dibentuk oleh sisik sisik putih berserakan. Nyamuk ini merupakan penghuni asli Negara Timur, walaupun mempunyai kebiasaan bertelur ditempat-tempat yang alami di rimba dan hutan bambu, tetapi telah dilaporkan dijumpainya telur dalam jumlah banyak disekitar tempat pemukiman penduduk di daerah perkotaan. 
Siklus Hidup Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur - larva - pupa - dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup didalam air, sedangkan stadium dewasa hidup diluar air. Pada umumnya telur akan menetas dalam 1 - 2 hari setelah terendam dengan air. Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5 - 15 hari, dalam keadaan normal berlangsung 9 -10 hari. Stadium berikutnya adalah stadium pupa yang berlangsung 2 hari, kemudian selanjutnya menjadi dewasa dan melanjutkan siklus berikutnya. Dalam suasana yang optimal, perkembangan dari telur menjadi dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari . Nyamuk Aedes albopictus dalam berkembang biaknya juga mengalami metamorfosis sempurna dengan lama berkembang biaknya dari telur hingga dewasa adalah 7 - 14 hari dengan tiap-tiap fase : telur - jentik : 1- 2 hari, jentik kepompong 7 - 9 hari dan kepompong - dewasa 2-3 hari . Antara nyamuk Ae. aegypti dan Aedes albopictus lama siklus hidupnya tidak berbeda jauh.

Tempat Perindukan
Tempat perindukan nyamuk Aedes berupa genangan air yang tetampung disuatu wadah yang disebut kontainer, bukan pada genangan air di tanah. Kontainer ini dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Tempat penampungan air yang bersifat tetap (TPA)
Penampungan ini biasanya dipakai untuk keperluan rumah tangga seharihari, pada umumnya keadaan airnya adalah jernih, tenang dan tidak mengalir seperti bak mandi, bak WC, drum penyimpanan air dan lain-lain.
b. Bukan tempat penampungan air (non TPA).
Adalah kontainer atau wadah yang bisa menampung air, tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, barang bekas (ban, kaleng, botol, pecahan piring/gelas), vas atau pot bunga dan lain-lain.
c. Tempat perindukan alami.
Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami dapat menjadi tempat penampungan air misalnya potongan bambu, lubang pagar, pelepah daun yang berisi air dan bekas tempurung kelapa yang berisi air. Berbagai penelitian yang telah dilakukan terhadap perindukan nyamuk didapatkan bahwa :
1) Tempat perindukan alami lebih disukai bila dibandingkan dengan non alami.
2) Jenis kontainer tanah liat dan bambu paling disukai bila dibandingkan kontainer semen, kaca/gelas, aluminium dan plastik
3) Warna-warna kontainer terang (coklat muda, kuning dan merah) lebih disukai sebagai tempat berkembang biak.
4) Semakin dalam jarak permukaan air ke permukaan bejana semakin banyak didapatkan larva.

SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH

SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang , berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.


Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan :
  • mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis , atau
  • mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
Metoda Pembuangan 
Penimbunan darat

Penimbunan darat sampah di Hawaii.
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di bandung kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah)

Kendaraan pemadat sampah
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium , kaleng baja makanan/minuman, Botol  dan pet , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.