HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran
keadaan masyarakat Indonesia pada masa depan atau visi yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai
Indonesia Sehat 2011. Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal Program Pemberantasan Penyakit menitik beratkan kegiatan pada
upaya mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan
kematian serta mengurangi akibat buruk dari penyakit menular maupun
tidak menular.
Penyakit menular masih menjadi masalah prioritas dalam pembangunan
kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam daftar SPM (SK MENKES No.145710
Oktober 2003) sejumlah penyakit menular dicantumkan sebagai masalah
yang wajib menjadi prioritas oleh daerah. Masalah penyakit menular masih
memprihatinkan, beberapa jenis penyakit bahkan menunjukkan
kecenderungan meningkat dan belum berhasil diatasi seperti TB paru,
malaria, dan demam berdarah.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ataupun Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) yang dapat bermanifestasi sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS)
merupakan suatu penyakit menular tidak langsung. Cara penularannya
melalui vektor nyamuk Ae. aegypti dan Aedes albopictus. Berdasar
pengalaman sampai saat ini, pada umumnya yang paling berperanan dalam
penularan adalah Ae. aegypti, karena hidupnya di dalam dan disekitar
rumah; sedangkan Aedes albopictus di kebun-kebun, sehingga lebih jarang
kontak dengan manusia.ii Penyakit DBD bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang
cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun dimana
angka kesakitan dan kematian tersebut digunakan sebagai indikator dalam
menilai hasil pembangunan kesehatan dan sebagai akibatnya angka
kesakitan dan kematian nasional selalu tinggi. Penyakit DBD sampai saat
ini masih merupakan masalah kesehatan yang cukup serius untuk
diwaspadai, karena sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian
pada banyak orang terutama anak-anak.
Di Indonesia, DBD cenderung semakin meningkat jumlah penderitanya dan
semakin menyebar luas. Tahun 1968 penyakit ini baru terjangkit di
Jakarta dan Surabaya. Dua puluh tahun kemudian, DBD telah menjangkiti
201 Dati II di seluruh Indonesia. Peningkatan jumlah penderita terjadi
periodik setiap 5 tahun. Kejadian Luar Biasa terakhir pada tahun 1988
dengan jumlah penderita dirawat di rumah sakit 47.573 orang, dengan
jumlah yang meninggal dunia 1.527 (CFR 3,2 %). Semula diperkirakan bahwa
penyakit DBD hanya terjadi di daerah perkotaan saja tetapi ternyata
dugaan tersebut salah, karena sekarang banyak ditemukan dipelosok
pedesaan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah
penderita serta semakin luas penyebaranya. Kondisi lingkungan yang
buruk, genangan air yang tertampung dalam suatu wadah, tempat pemukiman
yang padat khususnya daerah perkotaan, kurangnya kesadaran masyarakat
akan kebersihan khususnya untuk menguras bak mandi dan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk, adalah merupakan faktor pencetus berkembang
biaknya nyamuk Ae. aegypti sebagai penyebab penyakit Demam Berdarah.
Upaya–upaya pencegahan seperti Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Abatatisasi, dan Fogging, sudah sering dilakukan baik yang dilaksanakan
oleh masyarakat itu sendiri ataupun oleh pihak instansi pemerintah,
namun kenyataanya penyakit tersebut masih tetap muncul bahkan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Disamping itu juga diduga kuat ada
pengaruh pada aspek lingkungan Fisik, lingkungan Biologi, lingkungan
Sosial, Program , Regulasi, Tehnis Operasional, dan Peran Serta
masyarakat dalam Program Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue
mulai dari Perencanaan (Planning) Pelaksanaan (Actuating) dan
Monitoring (Controling ). Hal
tersebut dapat dilihat dari
input,
proses, output dan outcamenya, sehingga identifikasi, analisis dan
evaluasi yang menyangkut lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah
Dengue menjadi sesuatu yang sangat penting.
Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue
“Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Penyakit menular yang disebabkan
oleh
virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti yang ditandai dengan
demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau
lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa
bintik perdarahan (petechiae), lebam (ecchymosis), atau ruam (purpura),
kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun
atau renjatan (shock)”. “Demam berdarah merupakan suatu penyakit akut
yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Ae. aegypti
serta Aedes albopictus betina yang umumnya menyerang pada musim panas
dan musim hujan”.
Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD adalah penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada
manusia. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam
dengue dan DBD. Penyakit demam berdarah dan terjadinya DBD dibagi
menjadi 3 kelompok 2005 yaitu :
1. Virus Dengue
Virus dengue termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali +
35-45 nm. Virus dapat tetap hidup (survive) di alam melalui dua
mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk.
Virus ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya, yang nantinya menjadi
nyamuk dewasa. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada
nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua, transmisi virus
dari nyamuk ke dalam tubuh makhluk Vertebrata dan sebaliknya.
2. Virus Dengue dalam Tubuh Nyamuk
Virus dengue didapatkan nyamuk Aedes pada saat melakukan gigitan pada
manusia (vertebrata) yang sedang mengandung virus dengue dalam darahnya
(viraemia). Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan mengalami
replikasi (membelah diri atau berkembang biak), kemudian akan migrasi
yang akhirnya akan sampai di kelenjar ludah.
3. Virus Dengue dalam Tubuh Manusia
Virus dengue memasuki tubuh manusia melalui proses gigitan nyamuk yang
menembus kulit. Setelah nyamuk mengigit manusia disusul oleh periode
tenang + 4 hari, virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh
manusia virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia) apabila jumlah
virus sudah cukup, dan manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala
panas. Tubuh memberi reaksi setelah adanya virus dengue dalam tubuh
manusia. Bentuk reaksi terhadap virus antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain dapat berbeda dan akan memanifestasikan perbedaan
penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit.
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada
seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Gejala-gejala tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
1. Demam
Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak, tinggi
(dapat mencapai 39-40 oC) dan dapat disertai dengan menggigil. Demam
hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir, sering
kali
dalam turunnya suhu badan secara tibatiba (lysis), disertai dengan
berkeringat banyak, dimana anak tampak agak loyo. Demam ini dikenal juga
dengan istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama
beberapa hari sempat turun ditengahnya menjadi normal kemudian naik lagi
dan baru turun lagi saat penderita sembuh.
2. Nyeri seluruh tubuh
Dengan timbulnya gejala panas pada penderita infeksi virus dengue, maka
disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya
yang dikeluhkan berupa nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, nyeri
ulu hati dan nyeri pada bola mata yang semakin meningkat apabila
digerakkan. Gejala nyeri yang timbul dalam kalangan masyarakat awam di
sebut dengan istilah flu tulang.
3. Ruam
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue dapat timbul pada saat awal
panas yang berupa ~flushing~ yaitu berupa kemerahan pada daerah muka,
leher dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa
bercak-bercak merah kecil, seperti : bercak pada penyakit campak.
4. Perdarahan
Infeksi virus dengue terutama pada bentuk klinis demam berdarah dengue
selalu disertai dengan tanda perdarahan. Tanda perdarahan tidak selalu
didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar
penderita tanda perdarahan muncul setelah dilakukan test tourniquet.
Penyebab Demam Berdarah Dengue
Virus dengue yang dikenal saat ini ada empat serotipe. Keempatnya saling
berkaitan sifat antigennya. Infeksi pertama dengan salah satu serotipe
hanya akan memberikan proteksi sebagian terhadap ketiga serotipe
lainnya, dan memungkinkan terjadi infeksi dengan ketiga serotipe yang
lain tersebut. Menurut Depkes RI6 bahwa teori infeksi sekunder “The
Secondary Heterologus
Infection
Hypothesis” yang dikemukakan oleh Halstead (1980) menyebutkan bahwa
seseorang dapat menderita DBD jika mendapat infeksi ulangan tipe virus
dengue berbeda. Misalnya : infeksi pertama oleh virus dengue tipe–1
(DEN-1) menyebabkan terbentuknya antibodi DEN -1, apabila kemudian
terkena infeksi berikut oleh virus dengue tipe-2 (DEN-2) dalam waktu 6
bulan sampai 5 tahun pada sebagian dari yang mendepat infeksi kedua itu
dapat terjadi suatu reaksi imunologis antara virus DEN-2 sebagai antigen
dengan antibody DEN – 1 yang dapat mengakibatkan gejala Demam Berdarah
dengue. Halstead, dkk. (1970) berkeyakinan bahwa Demam Berdarah Dengue
yang disertai syok (dengue shock syndrome/DSS) dapat terjadi pada anak
berumur kurang dari 1 tahun dengan infeksi virus dengue pertama kali,
oleh karena anak tersebut dilahirkan dari ibu yang mempunyai immunitas
terhadap dengue yang diberikan kepada bayinya melalui plasenta.
Hypothesa yang lain mengemukakan bahwa infeksi dari setiap tipe virus
dengue yang virulen dapat mengakibatkan timbulnya gejala Demam Berdarah
Dengue yang disebut dengan Teori Infeksi Primer (Ditjen PPM & PLP,
1986).7
Demam berdarah baru terjadi apabila telah terinfeksi oleh virus dengue
untuk kedua kalinya, atau mendapat virus dari sumber yang tidak sama.
Infeksi yang pertama dengan atau tampa obat, demam tersebut sering
sembuh sendiri atau berlalu begitu saja tanpa disadari oleh
penderitanya. Orang yang terinfeksi kedua kalinya pada darah atau
pipa-pipa pembuluh darah dalam di dalam tubuh yang telah terkontaminasi
virus dengue itu menjadi lebih sensitif terhadap serangan yang kedua
kali sehingga dalam tubuh mereka yang telah terkena virus dengue
biasanya akan terjadi reaksi yang lebih dahsyat atau hypersensitivity,
reaksi yang berlebihan atau terlalu sensitif itulah yang sesungguhnya
menimbulkan tanda-tanda atau gejala yang disebut dengan demam berdarah
(Indrawan, 2001).
Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Seseorang yang menderita demam berdarah, dalam darahnya mengandung virus
dengue. Penderita tersebut apabila digigit oleh nyamuk Aedes, maka
virus dalam darah penderita tadi ikut terhisap masuk ke lambung nyamuk
dan virus akan memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan tersebar di
berbagai jaringan tubuh termasuk dalam kelenjar liur nyamuk. Nyamuk siap
untuk menularkan kepada orang atau anak lain 3-10 hari setelah
menggigit atau menghisap darah penderita.
Penularan penyakit terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit
(menusuk), alat tusuknya yang disebut proboscis akan mencari kapiler
darah. Setelah diperoleh, maka dikeluarkan liur yang mengandung zat anti
pembekuan darah (anti koagulan), agar darah mudah di hisap melalui
saluran proboscis yang sangat sempit. Bersama liurnya inilah virus
dipindahkan kepada orang lain.
Penyebaran
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 m, maksimal 100 m, tetapi
secara pasif nyamuk dapat berpindah lebih jauh, misalnya : karena angin
atau terbawa kendaraan. Ae. aegypti tersebar luas di daerah tropis dan
sub tropis. Aedes dapat hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian
daerah + 1.000 m dari permukaan air laut, apabila berada di atas
ketinggian + 1.000 m nyanuk tidak dapat berkembang biak, karena pada
ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah (Depkes RI, 1992)v. Nyamuk
Aedes pada saat ini telah terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia
tidak terkecuali lagi di daerah atau tempat-tempat yang ketinggiannya
mencapai lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut yang dahulu dianggap
tidak dapat didatangi atau dihuni oleh nyamuk tersebut (Indrawan, 2001).
Kejadian penyakit DBD pertama kali ditemukan Manila, Filiphina pada
tahun 1953. Kejadian di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di
Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Beberapa
tahun kemudian penyakit DBD menyebar kebeberapa propinsi di Indonesia
(Depkes RI, 2004).
Pusat-pusat Penularan
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat penularan virus dengue adalah
kepadatan vektor, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, dan
susceptibilitas dari penduduk. Mobilitas penduduk memegang peranan
penting pada penularan virus dengue, karena jarak terbang nyamuk Ae.
aegypti yang sangat terbatas, yaitu 100m. Tempat yang potensial untuk
terjadi penularan DBD menurut Depkes RI (1992) adalah :
1. Wilayah yang banyak kejadian DBD
2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar. Tempat-tempat umum itu antara
lain sekolah, RS atau Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
3. Pemukiman baru di pinggir kota, karena di lokasi ini, penduduk
umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya
terdapat penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue yang
berlainan dari masing-masing lokasi asal.
Distribusi Penderita Demam Berdarah Dengue
Distribusi penderita DBD menurut Suroso (1986), dapat digolongkan
menjadi :
1. Distribusi menurut umur, jenis kelamin dan ras :
Berdasarkan data kejadian DBD yang dikumpulkan di Ditjen PPM & PLP
dari tahun 1968 – 1984 menunjukkan bahwa 90% kejadian DBD terdiri dari
anak berusia kurang daria 15 tahun. Ratio perempuan dan laki-laki adalah
1,34 : 1. Data penderitaan klinis DHF/DSS yang dikumpulkan di seluruh
Indonesia tahun 1968 – 1973 menunjukkan 88% jumlah penderita yang
dilaporkan adalah anak-anak di bawah 15 tahun. Faktor ras pada penderita
demam berdarah di Indonesia belum jelas pengaruhnya.
2. Distribusi menurut waktu :
Dari data-data penderita klinis DBD/DSS 1975 – 1981 yang dilaporkan di
Indonesia diperoleh bahwa musim penularan demam berdarah pada umumnya
terjadi pada awal musim hujan (permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini
dikarenakan pada musim hujan vektor penyakit demam berdarah populasinya
meningkat dengan bertambah banyaknya sarangsarang nyamuk diluar rumah
sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih, sedang pada musim
kemarau Ae. aegypti bersarang di bejana-bejana yang selalu terisi air
seperti bak mandi, tempayan, drum dan penampungan air.
3. Distribusi menurut tempat
Daerah yang terjangkit demam berdarah pada umumnya adalah kota/wilayah
yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan di kota atau wilayah yang
padat penduduk rumah-rumahnya saling berdekatan, sehingga lebih
memungkinkan penularan penyakit demam berdarah mengingat jarak terbang
Ae. aegypti 100m. Di Indonesia daerah yang terjangkit terutama kota,
tetapi sejak tahun 1975 penyakit ini juga terjangkit di daerah sub urban
maupun desa yang padat penduduknya dan mobilitas tinggi.
Morfologi dan Lingkaran Hidup Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran
nyamuk rumah (Culex), mempunyai warna dasar yang hitam dengan
bintik-bintik putih pada bagian badannya, terutama pada kaki dan dikenal
dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk yang mempunyai gambaran
lire (Lyre form) yang putih pada punggungnya. Probosis bersisik hitam,
palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih perak. Oksiput bersisik
lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur bersisik putih pada
permukaan posterior dan setengah basal, anterior dan tengah bersisik
putih memanjang. Tibia semuanya hitam. Tarsi belakang berlingkaran putih
pada segmen basal kesatu sampai keempat dan kelima berwarna putih.
Sayap berukuran 2,5 - 3,0 mm bersisik hitam.
Nyamuk Aedes albopictus, sepintas seperti nyamuk Ae. aegypti, yaitu
mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
dadanya, tetapi pada thorax yaitu bagian mesotonumnya terdapat satu
garis longitudinal (lurus dan tebal) yag dibentuk oleh sisik sisik putih
berserakan. Nyamuk ini merupakan penghuni asli Negara Timur, walaupun
mempunyai kebiasaan bertelur ditempat-tempat yang alami di rimba dan
hutan bambu, tetapi telah dilaporkan dijumpainya telur dalam jumlah
banyak disekitar tempat pemukiman penduduk di daerah perkotaan.
Siklus Hidup Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur - larva -
pupa - dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup didalam air,
sedangkan stadium dewasa hidup diluar air. Pada umumnya telur akan
menetas dalam 1 - 2 hari setelah terendam dengan air. Stadium jentik
biasanya berlangsung antara 5 - 15 hari, dalam keadaan normal
berlangsung 9 -10 hari. Stadium berikutnya adalah stadium pupa yang
berlangsung 2 hari, kemudian selanjutnya menjadi dewasa dan melanjutkan
siklus berikutnya. Dalam suasana yang optimal, perkembangan dari telur
menjadi dewasa memerlukan waktu sedikitnya 9 hari . Nyamuk Aedes
albopictus dalam berkembang biaknya juga mengalami metamorfosis sempurna
dengan lama berkembang biaknya dari telur hingga dewasa adalah 7 - 14
hari dengan tiap-tiap fase : telur - jentik : 1- 2 hari, jentik
kepompong 7 - 9 hari dan kepompong - dewasa 2-3 hari . Antara nyamuk Ae.
aegypti dan Aedes albopictus lama siklus hidupnya tidak berbeda jauh.
Tempat Perindukan
Tempat perindukan nyamuk Aedes berupa genangan air yang tetampung
disuatu wadah yang disebut kontainer, bukan pada genangan air di tanah.
Kontainer ini dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Tempat penampungan air yang bersifat tetap (TPA)
Penampungan ini biasanya dipakai untuk keperluan rumah tangga
seharihari, pada umumnya keadaan airnya adalah jernih, tenang dan tidak
mengalir seperti bak mandi, bak WC, drum penyimpanan air dan lain-lain.
b. Bukan tempat penampungan air (non TPA).
Adalah kontainer atau wadah yang bisa menampung air, tetapi bukan untuk
keperluan sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, barang bekas
(ban, kaleng, botol, pecahan piring/gelas), vas atau pot bunga dan
lain-lain.
c. Tempat perindukan alami.
Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami dapat menjadi tempat
penampungan air misalnya potongan bambu, lubang pagar, pelepah daun yang
berisi air dan bekas tempurung kelapa yang berisi air. Berbagai
penelitian yang telah dilakukan terhadap perindukan nyamuk didapatkan
bahwa :
1) Tempat perindukan alami lebih disukai bila dibandingkan dengan non
alami.
2) Jenis kontainer tanah liat dan bambu paling disukai bila dibandingkan
kontainer semen, kaca/gelas, aluminium dan plastik
3) Warna-warna kontainer terang (coklat muda, kuning dan merah) lebih
disukai sebagai tempat berkembang biak.
4) Semakin dalam jarak permukaan air ke permukaan bejana semakin banyak
didapatkan larva.